Latihan Bahasa Indonesia Kelas IX Menulis Cerita Pendek
Admin Cube
Soal
10
Kesulitan
Reguler
Waktu
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Selesai
Benar
0
Salah
1
Dilewati
9

Komposisi Skor

Peringkat

1. 40
2. 40
3. 30
4. 8
5. 5
6+. 0
  • Pilgan
    0

    Kutipan cerpen berikut yang bertemakan nasionalisme dan patriotisme terhadap Indonesia adalah ...

    A

    Sudirman mengejang kesakitan ketika pisau bedah itu membedah perutnya tanpa anestesi sedikitpun. Setelah peluru berhasil dikeluarkan, dokter dengan cekatan menjahit kembali luka yang menganga. "Sudahlah, kau pulang saja istirahat di rumah," pinta Ed melihat kawannya kesakitan. Sudirman menggeleng sambil mengelap keringatnya. "Tidak. Tidak akan pernah aku beristirahat apabila pasukan tersebut tidak meninggalkan kota ini! Apakah kau ingat, Ed, apa yang mereka lakukan terhadap keluarga kita? Terhadap kita? Sejengkal pun tidak kubiarkan mereka kembali menyentuh kota ini!" ujar Sudirman.

    B

    Lapangan siang itu terlihat sangat terik dan panas hingga beberapa siswa melihat fatamorgana seolah-olah terdapat kobaran api di tengah lapangan. Fey memakai topinya dan berusaha tidak mengeluh akibat kepanasan ketika tiba-tiba Raka menghampirinya dan memberinya sebotol air minum. "Nih, minum aja. Dari tadi gue perhatiin, lo sepertinya kepanasan." Raka langsung beranjak ketika Fey menerima botol minum tersebut, tidak tahu bahwa perhatiannya itu membuat Fey merona.

    C

    Bobo sedang meregangkan pinggulnya di tengah upacara bendera ketika Siska menyenggolnya. Memberinya isyarat untuk diam. Bobo merengut dan kembali mengembalikan posisinya tegap seperti kawan-kawannya. Seusai upacara, Bobo berkata kepada Siska, "Kenapa sih lo ikut campur urusan gue? Suka-suka gue dong mau gerak-gerak waktu upacara!" Siska memutar matanya lalu berkata tegas, "Kalo lo gerak-gerak waktu senam nggak papa! Ini waktu upacara! Hormat bendera! Masa lo disuruh hormat bendera aja ngeluh sambil gerak-gerak? Hargai kek jasa pahlawan sampai akhirnya kita bisa kibarin bendera kita sendiri di tanah air kita sendiri!"

    D

    Keluargaku memang bukan keluarga yang kaya seperti Raffi dan Nagita, tapi kami berkecukupan dan bahagia. Menurutku, tolak ukur kebahagiaan tidak terdapat pada seberapa banyak harta kita, tapi bagaimana kita mensyukuri rezeki yang kita dapat dan miliki.

    Pembahasan:

    Nasionalisme dan patriotisme terhadap Indonesia dapat ditunjukkan melalui beberapa cara, salah satunya adalah upacara seperti pilihan jawaban berikut

    Bobo sedang meregangkan pinggulnya di tengah upacara bendera ketika Siska menyenggolnya. Memberinya isyarat untuk diam. Bobo merengut dan kembali mengembalikan posisinya tegap seperti kawan-kawannya. Seusai upacara, Bobo berkata kepada Siska, "Kenapa sih lo ikut campur urusan gue? Suka-suka gue dong mau gerak-gerak waktu upacara!" Siska memutar matanya lalu berkata tegas, "Kalo lo gerak-gerak waktu senam nggak papa! Ini waktu upacara! Hormat bendera! Masa lo disuruh hormat bendera aja ngeluh sambil gerak-gerak? Hargai kek jasa pahlawan sampai akhirnya kita bisa kibarin bendera kita sendiri di tanah air kita sendiri!"

    Diketahui bahwa sosok Siska menegur Bobo yang ketika hormat bendera pada saat upacara tidak menunjukkan sikap yang etis. Hal ini merupakan salah satu sikap nasionalisme seseorang terhadap bangsanya. Maka dari itu, pilihan jawaban tersebut merupakan pilihan jawaban yang benar.

  • Pilgan

    Kutipan cerpen berikut yang bertemakan perjuangan adalah ...

    A

    Bobo sedang meregangkan pinggulnya di tengah upacara bendera ketika Siska menyenggolnya. Memberinya isyarat untuk diam. Bobo merengut dan kembali mengembalikan posisinya tegap seperti kawan-kawannya. Seusai upacara, Bobo berkata kepada Siska, "Kenapa sih lo ikut campur urusan gue? Suka-suka gue dong mau gerak-gerak waktu upacara!" Siska memutar matanya lalu berkata tegas, "Kalo lo gerak-gerak waktu senam nggak papa! Ini waktu upacara! Hormat bendera! Masa lo disuruh hormat bendera aja ngeluh sambil gerak-gerak? Hargai kek jasa pahlawan sampai akhirnya kita bisa kibarin bendera kita sendiri di tanah air kita sendiri!"

    B

    Keluargaku memang bukan keluarga yang kaya seperti Raffi dan Nagita, tapi kami berkecukupan dan bahagia. Menurutku, tolak ukur kebahagiaan tidak terdapat pada seberapa banyak harta kita, tapi bagaimana kita mensyukuri rezeki yang kita dapat dan miliki.

    C

    Lapangan siang itu terlihat sangat terik dan panas hingga beberapa siswa melihat fatamorgana seolah-olah terdapat kobaran api di tengah lapangan. Fey memakai topinya dan berusaha tidak mengeluh akibat kepanasan ketika tiba-tiba Raka menghampirinya dan memberinya sebotol air minum. "Nih, minum aja. Dari tadi aku perhatiin, kamu sepertinya kepanasan." Raka langsung beranjak ketika Fey menerima botol minum tersebut, tidak tahu bahwa perhatiannya itu membuat Fey merona. Bukan tanpa maksud, Fey sudah menyimpan perasaan kepada Raka sejak awal masuk sekolah ini.

    D

    Sudirman mengejang kesakitan ketika pisau bedah itu membedah perutnya tanpa anestesi sedikitpun. Setelah peluru berhasil dikeluarkan, dokter dengan cekatan menjahit kembali luka yang menganga. "Sudahlah, kau pulang saja istirahat di rumah," pinta Ed melihat kawannya kesakitan. Sudirman menggeleng sambil mengelap keringatnya. "Tidak. Tidak akan pernah aku beristirahat apabila pasukan tersebut tidak meninggalkan kota ini! Apakah kau ingat, Ed, apa yang mereka lakukan terhadap keluarga kita? Terhadap kita? Sejengkal pun tidak kubiarkan mereka kembali menyentuh kota ini!" ujar Sudirman.

    Pembahasan:

    Tema perjuangan bisa berkaitan dengan perjuangan meraih cita-cita, perjuangan keluar dari jerat kemiskinan, hingga perjuangan melakukan sesuatu yang penting seperti pilihan jawaban berikut

    Sudirman mengejang kesakitan ketika pisau bedah itu membedah perutnya tanpa anestesi sedikitpun. Setelah peluru berhasil dikeluarkan, dokter dengan cekatan menjahit kembali luka yang menganga. "Sudahlah, kau pulang saja istirahat di rumah," pinta Ed melihat kawannya kesakitan. Sudirman menggeleng sambil mengelap keringatnya. "Tidak. Tidak akan pernah aku beristirahat apabila pasukan tersebut tidak meninggalkan kota ini! Apakah kau ingat, Ed, apa yang mereka lakukan terhadap keluarga kita? Terhadap kita? Sejengkal pun tidak kubiarkan mereka kembali menyentuh kota ini!" ujar Sudirman.

    Diketahui bahwa Sudirman terluka dikarenakan peluru memasuki perutnya. Akan tetapi, ia tidak mau beristirahat di rumah. Ia mau tetap berjuang hingga pasukan meninggalkan kotanya. Maka, pilihan jawaban tersebut adalah pilihan jawaban yang benar.

  • Pilgan

    Pahami cerpen di bawah ini!

    Hajah Bandiah menatap Rupiah beberapa saat, seakan ingin memastikan kesungguhan pertanyaan wanita yang memakai daster berlengan pendek, yang kainnya berkerut-kerut tidak disetrika itu.

    “Kamu mau beli gas dan beras lima kilo?”

    Rupiah mengangguk-angguk.

    “Sekarang?”

    “Ya, Bu Hajah. Saya dapat rezeki mendadak.”

    “Alhamdulillah.”

    Hajah Bandiah menimbang beras. Rupiah menukar tabung gas kosong miliknya dengan tabung gas yang masih bersegel, yang ada di teras warung.

    “Ini beras kamu.” Hajah Bandiah menyerahkan beras lima kilogram dalam tas plastik besar dan tebal warna hitam.

    “Terima kasih, Bu Hajah.” Rupiah mengangkat bungkusan beras itu dan meletakkannya ke lantai, di dekat tabung gas.

    Hajah Bandiah mengambil kalkulator dari meja kecil, lalu menghitung. “Jadi semuanya, termasuk utang-utang kamu yang tadi dan kemarin-kemarin….”

    “Jangan sekarang, Bu Hajah.”

    Tangan Hajah Bandiah berhenti menekan tombol-tombol kalkulator.

    “Maksud kamu?”

    Rupiah menyeringai.

    “Saya akan bayar minggu ini, Bu Hajah. Karena minggu ini saya akan dapat rezeki mendadak.”

    Hajah Bandiah mendengus, melempar kalkulator ke meja kecil. Kalkulator itu meluncur dan berhenti di tepi meja. Bila saja Hajah Bandiah melempar lebih kencang, pastilah mesin hitung itu jatuh ke lantai keramik.

    “Saya ndak mengerti maksud kamu, Rup,” Hajah Bandiah menatap tajam Rupiah.

    Rupiah gugup. Ia merogoh potongan koran dari sela-sela kutangnya, membuka lipatan potongan koran itu, dan menunjukkannya pada Hajah Bandiah.

    “Lihat ini, Bu Hajah. Ini bintang saya. Taurus. Minggu ini saya akan mendapat rezeki mendadak.”

    “Astaghfirullah,” Hajah Bandiah menghela napas. Hajah Bandiah meletakkan kedua siku tangannya ke tepi etalase, sementara kedua telapak tangannya memegang kepalanya yang tertunduk.

    “Bukankah ini hari Ahad, Rup? Artinya, hari ini akhir dari minggu ini,” kata Hajah Bandiah dengan suara ditekan.

    Rupiah menyeringai lagi.

    “Bila begitu saya akan dapat rezeki mendadak hari ini, Bu Hajah. Besok saya akan bayar semua utang saya,” Rupiah melipat lagi potongan koran dan menyelipkan ke sela-sela kutangnya. Rupiah menyambar tabung gas dan bungkusan beras. Buru-buru meninggalkan warung.

    “Rupiah!”

    Rupiah tak mempedulikan teriakan Hajah Bandiah. Ia mempercepat langkah.

    (Dikutip dari cerpen berjudul "Ramalan Bintang" karya Sulistiyo Suparno)

    Ringkasan dari kutipan cerpen di atas adalah ...

    A

    Rupiah dan Bu Hajah adalah sahabat dekat, maka dari itu Bu Hajah dengan sukarela memberikan hutangan kepada Rupiah. Bu Hajah kasihan dengan kondisi ekonomi Rupiah yang defisit.

    B

    Rupiah mendapatkan rezeki mendadak dan menggunakan uangnya untuk membeli keperluan rumah tangganya di warung Bu Hajah serta membayar seluruh hutang-hutangnya.

    C

    Rupiah percaya bahwa ia akan mendapatkan rezeki mendadak akibat dari ramalan bintangnya dan dengan dasar itu ia berani mengutang untuk membeli keperluan rumah tangganya.

    D

    Rupiah memiliki bintang Taurus dan ia percaya dengan keberuntungan ramalan bintangnya sehingga ia menggemborkannya kepada Bu Hajah dan membeli barang-barang sekunder di warung Bu Hajah.

    Pembahasan:

    Ringkasan merupakan penyajian kembali sebuah cerita dalam bentuk yang lebih ringkas dan padat tanpa menghilangkan pokok-pokok dari cerita tersebut. Cara membuat ringkasan sebuah cerpen adalah dengan mengambil hal-hal pokok atau hal-hal yang penting dari cerpen tersebut dan menggabungkan inti tersebut menjadi satu paragraf.

    Ada beberapa hal pokok yang diketahui dari kutipan cerpen di atas, di antaranya adalah:

    1. Rupiah merupakan perempuan yang masih terlalu memercayai ramalan bintang hingga menerapkannya dalam dunia nyatanya. Ia percaya bahwa ia akan mendapatkan rezeki mendadak padahal rezeki itu belum sampai di tangannya.
    2. Rupiah mengutang membeli bahan keperluan rumah tangganya sebagai imbas kepercayaannya kepada ramalan bintang.

    Dari hal pokok tersebut dapat disimpulkan bahwa ringkasan yang tepat dari penggalan cerpen di soal adalah

    Rupiah percaya bahwa ia akan mendapatkan rezeki mendadak akibat dari ramalan bintangnya dan dengan dasar itu ia berani mengutang untuk membeli keperluan rumah tangganya.

  • Pilgan

    Cermati penggalan cerpen berikut!

    Namun sayang, masih ada satu negara lagi yang belum terjamah oleh Republik Demokratik Nusantara, padahal negara ini terkenal makmur dan pemimpin-pemimpinnya hebat-hebat, setidaknya berdasarkan catatan-catatan resmi. Para pemimpin sekian banyak negara berkali-kali memuji keramahan penduduk negara itu, keindahan alam negara itu, dan kemakmuran negara itu. Maka, setelah waktunya tiba, datanglah Presiden Nirdawat ke negara itu. Laporan selisik sandi ternyata benar: di negara yang sangat makmur ini, banyak pemimpin bertangan buntung. Hukum memang tegas: barang siapa mencuri uang rakyat, harus dihukum potong tangan.

    Dan Presiden Nirdawat dari Republik Demokratik Nusantara pun sempat terkagum-kagum: ternyata, para pemimpin buntung justru bangga. Kendati mereka kena hukuman potong tangan, mereka tetap bisa menjadi pemimpin, dan tetap dihormati.

    (Dikutip dari cerpen berjudul "Tangan-Tangan Buntung" karya Budi Darma)

    Pernyataan yang sesuai berdasarkan penggalan cerpen di atas adalah ...

    A

    Hukum di negara yang dikunjungi Presiden Nirdawat tersebut sangat tegas sehingga siapapun yang mencuri uang rakyat tidak bisa menjadi pemimpin karena terkena hukuman potong tangan.

    B

    Pemimpin di negara yang dikunjungi Presiden Nirdawat tersebut buntung dan tetap dihormati karena loyalitasnya kepada negara.

    C

    Presiden Nirdawat terkagum-kagum dengan keramahan, keindahan, dan kemakmuran negara yang dikunjunginya tersebut.

    D

    Di negara yang dikunjungi oleh Presiden Nirdawat tersebut, pemimpin-pemimpin negara itu adalah seorang koruptor.

    Pembahasan:

    Untuk mengetahui pernyataan mana yang tepat berdasarkan penggalan cerpen tersebut, terlebih dahulu kita harus membaca penggalan cerpen dengan teliti. Apabila kita membacanya, ada beberapa poin-poin penting yang disajikan pengarang dalam penggalan cerpen tersebut.

    1. Presiden Nirdawat merupakan presiden dari Republik Demokratik Nusantara.
    2. Salah satu negara yang belum terjamah Republik Demokratik Nusantara adalah negara yang dipuji banyak pemimpin negara lain dari aspek keramahan penduduk negara itu, keindahan alam negara itu, dan kemakmuran negara itu.
    3. Saat Presiden Nirdawat mengunjungi negara tersebut, ia terkagum-kagum dengan pemimpin buntung di negara tersebut yang masih merasa bangga. Menurut cerpen tersebut, hukum di negara yang dikunjungi Presiden Nirdawat sangat tegas, yaitu barang siapa mencuri uang rakyat, harus dihukum potong tangan (kalimat terakhir paragraf pertama). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemimpin buntung yang tangannya dipotong tersebut adalah seseorang yang sudah mencuri uang rakyatnya atau disebut sebagai koruptor. Meski begitu, mereka tetap bisa menjabat menjadi seorang pemimpin dan dihormati.

    Dari analisis di atas, pernyataan yang sesuai berdasarkan penggalan cerpen tersebut adalah

    Di negara yang dikunjungi oleh Presiden Nirdawat tersebut, pemimpin-pemimpin negara itu adalah seorang koruptor.

  • Pilgan

    Cermati penggalan teks cerpen di bawah ini!

    Di mobilku, ketika aku bergegas ke bandar udara pada pukul 04.00, virus yang kuhirup itu membuatku batuk-batuk, sesak napas, demam, dan mengakibatkan pusing luar biasa. Tak lama kemudian, aku mengalami ketegangan otak yang memungkinkan aku berilusi atau berhalusinasi menjadi ular. Tampaknya tak semua mengalami delirium atau penderitaan seperti aku. Terbukti di jalan-jalan masih banyak orang yang bertingkah seperti manusia. Mereka masih menyetir mobil dengan kecepatan sedang-sedang atau luar biasa.

    (Dikutip dari cerpen berjudul "Ada yang Tiba-Tiba Merasa Menjadi Binatang" karya Triyanto Triwikromo)

    Pernyataan yang sesuai dengan teks di atas adalah ...

    A

    Aku masih sadar saat berhalusinasi menjadi seekor ular.

    B

    Aku sudah berada di bandara ketika aku menghirup virus tersebut.

    C

    Aku berubah menjadi seekor ular.

    D

    Aku tidak melihat satupun manusia lalu lalang di sekitarku.

    Pembahasan:

    Pernyataan yang sesuai dengan teks di atas adalah

    Aku masih sadar saat berhalusinasi menjadi seekor ular.

    Hal ini dibuktikan dengan kalimat ketiga hingga kalimat kelima.

    Tampaknya tak semua mengalami delirium atau penderitaan seperti aku. Terbukti di jalan-jalan masih banyak orang yang bertingkah seperti manusia. Mereka masih menyetir mobil dengan kecepatan sedang-sedang atau luar biasa.

    Dari kalimat tersebut dapat kita ketahui bahwa tokoh Aku masih mampu melihat sekelilingnya dan mendeskripsikan apa yang terjadi karena ia dalam keadaan sadar.

  • Pilgan

    Bacalah cerpen berikut!

    Kepulan berwarna putih memenuhi setiap sudut di rumah kecil yang hanya bersekatkan kardus-kardus dan menebarkan aroma-aroma menyesakkan dada setiap orang yang berada dalamnya. Benda yang membuatku muak dan membencinya, karena bapak lebih suka membakar rokok dan menghembuskan asapnya daripada melihatku sekolah. "Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau nantinya kamu cuma jadi kuli,” ucap bapak saat kuutarakan niat untuk melanjutkan sekolah ke menengah pertama. 

    (Sumber: woazy.com)

    Arti kalimat langsung yang diucapkan tokoh Bapak tersebut adalah ....

    A

    sebaiknya menjadi seorang kuli yang memiliki ilmu yang tinggi

    B

    tidak ada gunanya menuntut ilmu hingga ke jenjang yang lebih tinggi

    C

    menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi akan membuat derajat hidup kita naik

    D

    sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi akan mengubah takdirnya untuk tidak menjadi seorang kuli

    Pembahasan:

    Kalimat langsung yang diucapkan oleh Bapak tersebut adalah

    "Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau nantinya kamu cuma jadi kuli,”

    Terlihat dari kalimat tersebut bahwa Bapak ragu dan tidak yakin bahwa dengan sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi akan mengubah takdir tokoh Aku untuk menjadi seorang kuli. Sehingga, arti dari kalimat yang diucapkan Bapak tersebut adalah tidak ada gunanya menuntut ilmu hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

  • Pilgan

    Cermati penggalan cerpen di bawah ini!

    ”Sampai kapan pun ibu akan tinggal di sini. Ibu ingin selalu mengenang ayahmu di rumah ini. Tak mungkin ibu meninggalkan tempat ini. Jika pergi dari sini berarti ibu meninggalkan ayahmu. Tak mungkin. Makna ayahmu bagi ibu terlalu dalam, Nak.” Begitu jawaban ibu setiap kali aku mengajaknya untuk tinggal bersama. Mas Budi juga selalu khawatir pada ibu dan mendesakku untuk mengajaknya tinggal bersama kami. Namun, ibu selalu menolaknya. Aku pun mengalah, setiap aku ada keperluan ke kota di mana rumah ibu dekat dengan kota itu, aku menyempatkan diri mampir ke rumah ibu, tentunya sudah minta izin pada Mas Budi. Dan, Mas Budi pun mengizinkan dan mendukung penuh apa yang aku lakukan, kecuali sikapku pada ibu yang belum bisa berubah: aku masih memendam bara di hati pada ibu. Awalnya aku berniat akan bersikap ramah, tetapi ketika bertatap muka dengannya, aku tak mampu melakukannya.

    Aku selalu teringat ketika ibu memaki-makiku tanpa sebab; menghukumku ketika telat pulang karena mengerjakan PR secara berkelompok di rumah teman. Jika ada ayah pun ibu kerap membentak dan menghukumku, apalagi jika tidak ada ayah. Misalnya ketika tak sengaja aku memecahkan piring yang baru saja kucuci. Sumpah serapah ibu seperti peluru yang diberondongkan dari sebuah senapan ke arahku.

    (Sumber: bebas.kompas.id)

    Ringkasan yang tepat dari penggalan cerpen di atas adalah ...

    A

    Aku sudah sering mengajak ibu untuk tinggal bersamaku dan suamiku, namun ibu selalu menolaknya dengan alasan masih ingin mengenang ayah di rumah ini selamanya. Meski aku memedulikan ibu, namun bara di hatiku karena perlakuan ibu di masa lalu masih menyala setiap aku melihat ibu.

    B

    Ibu merupakan sosok istri yang tidak bisa lepas dari bayang-bayang almarhum suami, yaitu ayahku. Aku dan suamiku mengkhawatirkan kesehatan ibu yang semakin memburuk, namun ibu tetap kekeh ingin tetap tinggal di rumah itu. Aku menyayangi ibuku terlepas dari kejadian tidak enak di masa lalu.

    C

    Mas Budi dan aku sudah berulang kali mencoba membujuk ibu untuk tinggal bersama kami, namun sia-sia. Bahkan Mas Budi sering menjenguk ibu setiap ada keperluan pekerjaan di kota yang dekat dari rumah ibu, namun ibu tetap menolak tinggal bersama kami karena ibu masih terbayang sosok almarhum ayah.

    D

    Aku tidak tahu lagi bagaimana cara menghilangkan rasa sakit hatiku terhadap ibuku sendiri. Luka yang ditimbulkan akibat perlakuan ibu sangat dalam dan membekas sehingga aku bahkan tidak sudi menjenguk ibuku di rumah masa kecilku.

    Pembahasan:

    Ringkasan merupakan penyajian kembali sebuah cerita dalam bentuk yang lebih ringkas dan padat tanpa menghilangkan pokok-pokok dari cerita tersebut. Cara membuat ringkasan sebuah cerpen adalah dengan mengambil hal-hal pokok atau hal-hal yang penting dari cerpen tersebut dan menggabungkan inti tersebut menjadi satu paragraf.

    Ada beberapa hal pokok yang diketahui dari penggalan cerpen di atas, di antaranya adalah:

    1. Tokoh Ibu merupakan janda dan sudah sering diajak tinggal bersama tokoh Aku namun ditolak.
    2. Tokoh Aku masih memiliki rasa sakit hati kepada tokoh Ibu dikarenakan perlakuan Ibu yang semena-mena di masa lalu.

    Dari pokok-pokok di atas, dapat diketahui pilihan jawaban yang mengandung pokok-pokok tersebut dan merupakan ringkasan yang tepat adalah

    Aku sudah sering mengajak ibu untuk tinggal bersamaku dan suamiku, namun ibu selalu menolaknya dengan alasan masih ingin mengenang ayah di rumah ini selamanya. Meski aku memedulikan ibu, namun bara di hatiku karena perlakuan ibu di masa lalu masih menyala setiap aku melihat ibu.

  • Pilgan

    Cermati penggalan cerpen berikut!

    Aku menutup kembali pintu lemari pakaian. Isak tangis tertahan masih terdengar dari luar kamar. Tanganku meraih daun pintu, menutup pintu kamar yang terbuka sejengkal. Suara tangisan tinggal lamat-lamat.

    Aku berjalan pelan menuju jendela, membukanya, lalu duduk di atas kursi. Pagi ini, langit berwarna kelabu. Sejujurnya, sempat melintas pertanyaan di kepalaku, kenapa aku tidak menangis? Kemudian pikiranku mengembara, menyusuri tiap jengkal peristiwa yang terjadi tiga pekan lalu.

    ”Kamu belum pernah punya anak. Menikah pun belum. Kalaupun toh punya anak, kamu tidak akan pernah punya pengalaman melahirkan. Kamu, laki-laki.”

    Aku menatap wajah di depanku, wajah perempuan yang sangat kukenal.

    ”Aku, ibunya. Aku yang mengandung dan melahirkannya. Kelak kalau kamu punya anak, kamu akan tahu bagaimana rasanya khawatir yang sesungguhnya.”

    Pelayan datang. Ia meletakkan dua buah poci, menuangkan poci berisi kopi di gelasku, beralih kemudian menuangkan poci teh di gelas perempuan di depanku. Pelayan itu lalu pergi setelah mempersilakan kami menikmati hidangannya.

    ”Apa yang dia lakukan selama seminggu berada di tempatmu?”

    ”Kami banyak jalan-jalan berdua, menonton film, ke toko buku, ke pantai. Kebetulan aku sedang tidak sibuk. Aku pikir, ia sedang liburan sekolah.”

    ”Sekolah tidak sedang libur, dan ia tidak pamit kepadaku.”

    ”Mana aku tahu?”

    ”Dan kamu tidak memberitahuku.”

    ”Aku pikir ia pergi dengan seizinmu.”

    ”Kamu bohong. Kamu tahu kalau ia minggat dari rumah.”

    Aku diam. Tidak mau memperpanjang urusan pada bagian ini. Aku datang tidak untuk berdebat. Tiga perempuan masuk ke ruangan ini. Bau harum menebar ke seluruh penjuru ruangan.

    Perempuan di depanku mendesah. Tangannya meraih tas, mengeluarkan sebungkus rokok, menyulutnya.

    ”Ia kacau sekali…”

    ”Ia boleh kacau, tetapi tidak boleh minggat. Ia masih duduk di bangku kelas satu SMA!”

    Aku tertawa, ”Kamu tahu, aku minggat pertama kali dari rumah saat kelas satu SMP…”

    ”Itu kamu. Setiap keluarga punya tata tertib yang tidak boleh dilanggar.”

    ”Minggat itu memang melanggar tata tertib keluarga. Dan itu pasti ada maksudnya. Tapi aku tidak mau bertengkar. Aku datang jauh-jauh ke sini, hanya untuk mengatakan sesuatu yang kupikir penting menyangkut dia.”

    ”Apa?”

    ”Jangan terlalu memaksanya untuk melakukan hal-hal yang tidak disukainya.”

    ”Hey, kamu hanyalah pamannya. Aku, ibunya!”

    ”Aku tahu, dan aku tidak sedang ingin merebut apapun darimu.”

    ”Tapi kamu seperti sedang menceramahiku tentang bagaimana menjadi seorang ibu yang baik!”

    (Dikutip dari cerpen berjudul "Sesaat Sebelum Berangkat" karya Puthut E.A.)

    Hubungan kedua tokoh yang mungkin di dalam penggalan cerpen tersebut adalah ....

    A

    suami dan istri

    B

    adik dan kakak

    C

    ibu dan anak

    D

    saudara sepupu

    Pembahasan:

    Untuk mengetahui hubungan kedua tokoh di dalam penggalan cerpen tersebut, kita dapat mencermati percakapan berikut.

    ”Jangan terlalu memaksanya untuk melakukan hal-hal yang tidak disukainya.”

    ”Hey, kamu hanyalah pamannya. Aku, ibunya!”

    Paman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti  adik laki-laki ayah atau adik laki-laki ibu. Salah satu tokoh menuding tokoh lainnya paman dari anaknya, sedangkan tokoh yang menuding tersebut mengakui sebagai ibu dari anaknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua tokoh yang mungkin di dalam penggalan cerpen tersebut adalah adik dan kakak.

  • Pilgan

    Bacalah cerpen ini!

    Dalam sebuah perjalanan dari Urstein ke Ljubljana, saya dan fasilitator perjalanan beberapa kali mengalami kesalahan (naik) kereta. Dari terdampar di Sletzhal yang dingin, menunggu kereta hingga satu jam lebih di Bischofshofen, hingga akhirnya terdampar di Villach, sebuah country side Austria yang indah.

    Ketika mengalami “ketersesatan-ketersesatan” itu, saya mengutuk-ngutuk keadaan, kelengahan saya dan fasilitator, hingga hal-hal yang luput kami antisipasi—padahal sejumlah persiapan rasanya sudah sangat matang.

    Berhenti sampai di sana? Tidak? Saya harus berurusan dengan rekan perjalanan lain yang luar biasa menjengkelkan, ditambah dengan tragedi-tragedi yang hanya menimpa saya seorang. Fyuh! Residensi macam apa ini!

    Dalam perjalanan pulang, sepanjang penerbangan Paris-Saudi Arabia-Jakarta, saya masih juga memikirkan, bagaimana bisa perjalanan yang harusnya menyenangkan itu, harus dilalui dengan ketakterdugaan yang meletup di sepanjang perjalanan. Saya seperti menyia-nyiakan sebulan untuk sebuah urusan yang hanya memberikan saya keterpurukan yang susah dilukiskan.

    Namun apa yang terjadi, sepulang dari perjalanan sebulan di Benua Biru itu? Jurnal perjalanan yang rutin saya tulis setiap hari dalam lawatan itu, ketika dibaca ulang, justru menghadirkan sebuah cerita perjalanan yang potensial menjadi novel yang menarik karena berisi perjalanan-perjalanan yang tidak turistik! Tiba-tiba saya merindukan “keterpurukan-keterpurukan itu”. Hari ke-30 Ramadan kemarin, saya pun merampungkan draf novel setebal 616 halaman tersebut. Tanpa semua kekacauan itu, saya tidak akan menghasilkan karya!

    (Cerpen berjudul " Gembira itu Fana, Sakit itu Sementara" karya Benny Arnas)

    Ikhtisar cerpen tersebut adalah ...

    A

    Tokoh saya menyia-nyiakan sebulannya dalam perjalanan mengarungi Benua Biru tersebut akibat kelalaian fasilitatornya hingga teman perjalanannya yang membuatnya semakin terpuruk. Ia pernah terdampar di sebuah country side yang sangat buruk dan ia tidak senang dengan perjalanannya sepenuhnya.

    B

    Tokoh saya dalam cerpen tersebut mengalami keterpurukan-keterpurukan dalam perjalanannya ke Ljubljana, mulai dari salah naik kereta, terdampar di suatu country side, hingga mendapatkan teman perjalanan yang tidak mengenakkan. Meski begitu, ia berhasil mengubah keterpurukan-keterpurukannya menjadi sebuah draf novel dan menjadikan perjalanannya sebagai salah satu pengalamannya yang membekas.

    C

    Karya yang dihasilkan oleh tokoh saya adalah sebuah cerpen perjalanan di mana ia mengarungi Benua Amerika. Ia sangat terkesan dengan kesialan yang menimpanya selama perjalanan sebulannya. Awalnya ia mengira ia hanya menyia-nyiakan waktunya, namun ternyata ia mampu menghasilkan sebuah karya yang luar biasa menarik.

    D

    Tokoh saya sangat tidak menyukai perjalannya dari Urstein ke Ljubljana. Ia mendapati bahwa kesialan-kesialan yang menimpanya merupakan hasil dari ketidakcermatannya dan fasilitator karena luput memperkirakan suatu situasi. Beberapa kesialannya dituliskan di dalam sebuah novel terpisah yang sudah diterbitkan.

    Pembahasan:

    Ikhtisar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pemandangan secara ringkas (yang penting-penting saja). Ikhtisar dapat disebut sebagai ringkasan. Untuk membuat sebuah ringkasan, terlebih dahulu kita harus menentukan pokok-pokok cerpen tersebut. Pokok-pokok cerpen tersebut antara lain:

    1. Menceritakan tentang pengalaman tokoh saya yang mengalami keterpurukan atau kesialan sepanjang perjalannya dari Urstein ke Ljubljana atau dalam perjalanannya mengarungi Benua Eropa (Benua Biru adalah sebutan untuk Benua Eropa). Kesialan tersebut antara lain kesalahan naik kereta, terdampar di suatu country side, hingga mendapatkan teman perjalanan yang tidak mengenakkan.
    2. Uniknya, ia mendapati bahwa pengalaman buruknya sepanjang perjalanan tersebut merupakan suatu hal yang menarik untuk dijadikan sebuah novel. Hingga akhirnya ia mampu menyelesaikan draf novel mengenai perjalannya.

    Dari pokok cerpen tersebut, dapat diketahui bahwa ikhtisar dari cerpen tersebut adalah

    Tokoh saya dalam cerpen tersebut mengalami keterpurukan-keterpurukan dalam perjalanannya ke Ljubljana, mulai dari salah naik kereta, terdampar di suatu country side, hingga mendapatkan teman perjalanan yang tidak mengenakkan. Meski begitu, ia berhasil mengubah keterpurukan-keterpurukannya menjadi sebuah draf novel dan menjadikan perjalanannya sebagai salah satu pengalamannya yang membekas.

  • Pilgan

    Perhatikan ilustrasi berikut!

    Diana ingin menulis cerpen berdasarkan pengalamannya saat ia pergi ke rumah nenek.

    Dari ilustrasi singkat tersebut, contoh kutipan cerpen yang sesuai dengan pengalaman Diana tersebut adalah ...

    A

    Setahun yang lalu, aku diajak oleh ayahku untuk pergi memancing di sebuah danau. Danau itu sangat besar, bahkan kulihat ada gejolak arus kecil. Ibuku terpaksa tidak ikut karena harus menemani nenek ke rumah sakit untuk berobat. Kata ayah, aku tidak boleh memasuki rumah sakit kecuali sudah besar karena akan sangat rawan sekali tertular penyakit orang di sana.

    B

    Pada liburan semester yang lalu, aku dan ayah ibuku pergi berkunjung ke sebuah desa. Ternyata, itu adalah desa nenekku. Nenekku sudah berumur banyak akan tetapi caranya berbicara masih terlihat seperti orang yang masih muda. Rumah nenek berada di lereng gunung, sehingga udara yang kurasakan sangat dingin. Selain itu, tetangga-tetangga desa rumah nenek sangat ramah dan sering berkumpul untuk sekedar berbincang. Berbeda dengan rumahku di kota. Jangankan menyapa, bertemu saja tidak pernah.

    C

    Padi dan jagung yang sudah menguning tersebut menjadi pemandanganku sehari-hari. Aku tinggal bersama nenek dan kakekku di desa. Orang tuaku menjadi TKI di luar negeri dan aku jarang melihat mereka. Aku akan menamatkan pendidikan SMP ku di desa dan hendak merantau ke kota selepas aku lulus nanti.

    D

    Dunia terus berputar, begitu juga roda kehidupan. Ada yang tiba-tiba mendadak kaya, ada pula yang tiba-tiba jatuh miskin. Itulah filosofi yang selalu diceritakan nenek kepadaku saat nenek masih hidup. Nenekku adalah seorang penulis nasional yang terkenal, namun Beliau memilih untuk hidup menyendiri di desa. Nenek sangat menyukai suasana desa yang masih asri dan belum terjamah tangan manusia. Selain itu, dengan ketenangan yang didapatnya di desa, nenek bisa terus melanjutkan menulis bahkan di umurnya yang sudah senja.

    Pembahasan:

    Pada ilustrasi tersebut, Diana hendak menuliskan pengalamannya saat pergi ke rumah nenek. Sehingga dapat dipastikan, Diana tidak tinggal sepenuhnya dengan neneknya. Maka dari itu, pilihan jawaban yang tepat adalah

    Pada liburan semester yang lalu, aku dan ayah ibuku pergi berkunjung ke sebuah desa. Ternyata, itu adalah desa nenekku. Nenekku sudah berumur banyak akan tetapi caranya berbicara masih terlihat seperti orang yang masih muda. Rumah nenek berada di lereng gunung, sehingga udara yang kurasakan sangat dingin. Selain itu, tetangga-tetangga desa rumah nenek sangat ramah dan sering berkumpul untuk sekedar berbincang. Berbeda dengan rumahku di kota. Jangankan menyapa, bertemu saja tidak pernah.


Tidak Ada Komentar

Ayo Daftar Sekarang!

Dan dapatkan akses ke seluruh 200.000+ soal dengan berbagai tingkat kesulitan!

Daftar

Masih ada yang belum ngerti juga? Tanya ke kak tutor aja! Caranya, daftar layanan premium dan pilih paketnya.